FILSAFAT REALISME

2 komentar
FILSAFAT REALISME
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat dan Didaktik Fisika
Yang dibina oleh: Ibu Lia Yuliati, Dr., M.Pd







 










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN FISIKA
September, 2015


REALISME
A.                Aliran Realisme
Seorang filsuf asal Yunani Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato mengembangkan aliran realisme yang menekankan pada pengetahuan dan nilai. Ilmuwan membawa paham realisme pada abad 21, ilmuwan realisme beranggapan bahwa realitas yang ada tidak bergantung pada apa yang kita ketahui dan metode ilmiah adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan deskripsi yang akurat dari apa itu dunia dan bagaimana kerjanya. Untuk menjelaskan dan untuk menggunakan penemuan ilmiah, kita harus menyusun suatu teori. Untuk meningkatkan penelitian ilmiah, kita dapat meninjau kembali dan menyaring teori-teori kita sehingga lebih akurat terhadap realitas.
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan. Aliran realisme mempersoalkan obyek pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa obyek pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia. Contohnya bagaimana kursi itu ada karena ada yang membuatnya, begitu juga dengan adanya alam yang berarti ada yang membuat. Tetapi kaum realis  tidak mempercayai adanya ruh karena yang ada hanyalah jiwa. Kaum realis berpendapat bahwa tidak ada kehidupan sesudah kematian.

1.                  Epistemologi Realisme
Dalam perspektif epistemologi aliran realisme menyatakan bahwa hubungan antara subjek dan objek diterangkan sebagai hubungan dimana subjek mendapatkan pengetahuan tentang objek murni karena pengaruh objek itu sendiri dan tidak tergantung oleh si subjek. Pemahaman subjek dengan demikian ditentukan atau dipengaruhi oleh objek ( Joad, 1936:366 ).
Realis mempercayai pengetahuan yang didapatkan berasala dari hal-hal nyata yang ada di sekitar manusia, bukan berasal dari pemikiran manusia. Dan pengetahuan manusia yang dipengaruhi oleh alam bukan alam yang dipengaruhi oleh alam..
Manusia dapat mengetahui suatu objek melalui indra dan akal fikiran mereka. Proses mengetahui terdiri dari dua tahap yaitu perasaan dan gambaran. Pertama, orang yang mengetahui melihat objek dan panca indra merekam data di dalam pikiran seperti warna, ukuran, berat atau bunyi. Pikiran memilah data  ke dalam suatu sifat yang selalu muncul dalam objek. Dengan mengidentifikasi sifat-sifat yang dibutuhkan manusia membentuk konsep dari benda dan mengenalinya ke dalam kelas-kelas tertentu. Klasifikasi ini akan membuat manusia memahami bahwa objek atau benda membagi sifat tertentu dengan anggota lain dalam satu kelompok tetapi tidak dengan objek dari kelompok yang berbeda.

2.                  Ontologi Realisme
Menurut Smith , bagi kaum realis, realitas berhubungan dengan apa yang disebut filsuf sebagai ‘alam’ atau pola invarian dalam realitas yang memberikan berbagai macam contoh yang tidak terbatas dari berbagai macam hal. Seperti menjelaskan berbagai macam partikel menggunakan satu atau beberapa bentuk sumum, membuat ilmu menjadi mungkin.
Loux menyatakan bahwa realis berpendapat hanya sebutan dari ilmu fisika dan bentuk-bentuk abstrak yang terhubung dengan gaya acuan. Pada akhirnya realis menerima pendapat yang kuat dari ilmuwan realisme yang menganggap IPA, termasuk fisika memberikan kriteria utama. Berdasarkan filsuf-filsuf tersebut, pertanyaan “ Semesta seperti apa yang ada disana?” adalah pertanyaan empiris yang harus dijawab oleh fisikawan : semesta tersebut dibutuhkan untuk memformulasikan teori fisika terbaik yang ada.
Realisme secara ontologi diartikan bahwa semua benda di alam ini tidak ada yang mempunyai roh.

3.                  Aksiologi Realisme
Aspek aksiologis banyak berkaitan dengan bidang nilai. Dalam pendidikan tidak hanya berbicara mengenai proses transfer pengetahuan, melainkan juga menyangkut penanaman nilai. Dalam kaitan dengan nilai, pandangan Realisme menyatakan bahwa nilai bersifat absolut, abadi namun tetap mengikuti hukum alam yang berlaku.
Melalui konsep nilainya tersebut kelompok realis juga menyatakan bahwa mata pelajaran yang dilaksanakan disekolah pada intinya adalah untuk menerangkan realitas objektif dunia, sehingga studi-studi disekolah lebih banyak didasarkan pada kajian-kajian ilmu kealaman atau sains. Hal ini banyak dimaklumi mengingat bahwa melalui sains lah realitas itu tergelar secara objektif dan menantang manusia untuk memahaminya ( Orsnstein , 2008:168).

B.            Jenis-Jenis Realisme
Aliran realisme dibagi menjadi dua yaitu realisme rasional dan realisme alam (Musdiani, 2011). Aliran realisme rasional yang berasal dari Aristoteles dibagai menjadi dua yaitu :
1.      Realisme klasik
Realisme klasik berasal dari pandangan Aristoteles. Menganggap bahwa segala sesuatu yang ada berdasarkan hal yang nyata. Aristoteles menganggap bahwa setiap benda ada tanpa adanya roh.
2.      Realisme religius
Realisme ini berasal dari pandangan Thomas Aquina, yaitu filsafat agama Kristen yang lebih dikenal dengan aliran Thomisme. Aliran ini menganggap bahwa jiwa itu penting walaupun tidak nyata seperti badan. Sehingga aliran ini mempercayai bahwa jiwa dan badan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pengetahuan didapat dari wahyu, berpikir dan pengalaman. Aturan-aturan keharmonisan alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan yang harus dipelajari.
            Aliran realisme alam atau realisme ilmiah mengembangkan ilmu pengetahuan alam. Aliran realisme ini bersifat skeptis dan eksperimental. Aliran ini menganggap bahwa alam semesta itu nyata dan yang mempelajarinya adalah ilmu pengetahuan bukan ilmu filsafat. Tugas ilmu pengetahuan adalah menyelidiki semua isi alam sedangkan tugas ilmu filsafat adalah mengkoordinasi konsep-konsep dan penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan yang bermacam-macam. Menurut aliran ini alam bersifat tetap. Meskipun ada perubahan di alam namun perubahan tersebut sesuai dengan hukum-hukum alam yang sudah berlaku sehingga alam semesta terus berlangsung dengan teratur.




C.                Implikasi Realisme dalam Pembelajaran Fisika
Realis menyatakan bahwa (1) Terdapat dunia nyata dari objek yang tidak dibuat oleh manusia (2) pikiran manusia dapat mengetahui tentang dunia yang nyata dan (3) pengetahuan adalah petunjuk yang paling reliabel dengan individu dan kebiasaan sosial. Dengan prinsip-prinsip ini kita dapat menentukan implikasi realisme dalam pendidikan.
Pendekatan mengajar  dalam aliran realisme mengarah pada tujuan, dalam evaluasi tes yang digunakan lebih cenderung pada tes objektif dari pada tes subjektif. Tes dilakukan untuk mengukur kualitas belajar, menyajikan fakta secara jelas dan masuk akal agar dipahami oleh siswa. Paham realisme mengedepankan pengorganisasian yang baik dalam hal perencanaan pembelajaran seperti penggunaan kirikukulum, silabus dan RPP (Adisasmita, 1989:60)
Dalam kelas realis tanggung jawab utama guru adalah untuk membawa ide-ide siswa tentang dunia ke dalam kesesuaian dengan realitas dengan kemampuan seperti membaca,menulis, atau menghitung pada subjek seperti sejarah matematika atau sains yang didasarkan pada kewenangan dan keahlian pengetahuan .Meskipun mereka mengapresiasi murid-murid secara emosional dengan baik sebagai manusia yang rasional, realis menekankan pada pembelajaran kognitif dan penguasaan subjek meteri. Guru-guru realis menentang kegiatan non akademik ke dalam sekolah yang bertentangan dengan tujuan utama sebagai pusat disiplin penyelidikan akademik.
Realis percaya bahwa mempelajari kurikulum yang tersusun adalah cara paling efektif mempelajari realitas. Penyusunan subjek materi seperti yang dilakukan ilmuwan dan pelajar adalah metode yang sesuai untuk mengelompokkan objek sebagai contoh pengalaman manusia dapat disusun menjadi sejarah. Seorang siswa fisika mempelajari besaran berdasarkan pengelompokannya yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Realis memperoleh pengetahuan tentang realitas melalui sistem inkuiri ke dalam subjek-subjek tertentu
Dalam mata pelajaran fisika , paham realisme lebih banyak menggunakan metode-metode yang memungkinkan siswa melakukan percobaan-percobaan sehingga pada akhirnya siswa akan memperoleh pengetahuan . Demonstrasi-demonstrasi di laboratorium juga sering menjadi metode pembelajaran yang dianggap sangat efektif dalam memberikan pengetahuan kepada siswa. Peran guru adalah sebagai fasilitator, memberikan serangkaian ide dasar, dan kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan subjek atau bahan ajar yang sedang di laksanakan. Aktifitas diskusi juga sangat penting dalam kegiatan kelas bagi penganut aliran Realisme. ( Ornstein, 2008:168).
Sebagai contoh bagaimana guru fisika yang berorientasi filsafat realis menjelaskan hukum Issac Newton dalam gerak. Pertama, guru akan membantu siswa menempatkan Newton dalam konteks sejarah sains dan mendiskusikan kontribusi ilmunya. Kedua, guru mungkin mengilustrasi hukum gerak di demostrasi laboratorium. Ketiga, murid-murid mediskusikan demonstrasi dan kerangka berfikir ilmiah secara umum dari hal yang diilustrasikan. Akhirnya murid-murid diberi tes untuk menunjukkan pemahaman mereka tentang hukum gerak newton.


DAFTAR RUJUKAN
Adisasmita, Yusuf. 1989. Hakekat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani dalam  Masyarakat. Jakarta: Departmenen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Merrill, Gary H. 2010. Ontological realism : Methodology or misdirection?. North Carolina State University and Ontolytics : IOS Press
Ornstein, Allan C, & Levine, Daniel U. 2008. Foundation of Education.  Boston: Houghton Mifflin Company

Musdiani. 2011. Aliran-Aliran dalam Filsafat. Journal Visipena, (Online), Volume II. Nomor 2. Juli – Desember 2011,  (http://ejournal.stkipgetsempena.ac.id), diakses 25 September 2015

2 komentar :

  1. Titanium Glass
    From titanium rod in leg our custom titanium hair clipper crafted glassware, titanium powder stainless titanium easy flux 125 amp welder steel and stainless steel titanium nipple bars versions you can buy at TitaniumArts, the leading UK craft Home / Garden / Home / Garden.

    BalasHapus